Rabu, 18 Juni 2014

Seminar Akuntansi Pemerintahan





PAPER

QUALITY COST CONTROL AND RESPONSIBILITY ACCOUNTING IN CONSTRUCTION PROJECT

MATA KULIAH SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
TUGAS INDIVIDU
Dosen: Dr. H. Harry Suharman., SE, MA, Ak



Description: C:\Users\WINDOWS7\Pictures\unpad.jpg



DISUSUN OLEH:
ANJELITA (120620120505)



PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
T.A. 2012/2013






PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
PADA PROYEK KONSTRUKSI

Pengendalian Biaya konstruksi
Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan mencapai sasaran tanpa banyak penyimpangan. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto, 1997).
Sumber daya proyek khususnya proyek konstruksi terdiri dari material, tenaga kerja, pendanaan, metode pelaksanaan dan peralatan. Sumber daya direncanakan untuk mencapai sasaran proyek dengan batasan waktu, biaya dan mutu. Tantangan pada pelaksanaan proyek adalah bagaimana merencanakan jadwal waktu yang efektif dan perencanaan biaya yang efisien tanpa megurangi mutu. Waktu dan biaya merupakan dua hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan. Biaya proyek pada proyek konstruksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). (Soeharto, 1997).
Menurut Herry P. Chandra dan  Agustinus Susanto, Santoso Ryanto (2004), Pengendalian Biaya Proyek adalah seluruh proses pengendalian biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek, mulai dari saat gagasan pemilik untuk membuat suatu proyek sampai saat pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan saat pembayaran terakhir dilakukan.
Dapat kita simpulkan bahwa Construction Cost Control adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengendalikan biaya-biaya yang terkait dengan kegiatan dan proses pengerjaan suatu proyek konstruksi melalui identifikasi, evaluasi dan melakukan penyesuaian untuk mendapatkan biaya ideal untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan.
Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah biaya bahan /material, biaya pekerja /upah dan biaya peralatan (equipment). Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Nugraha et al., 1985).
Konstruksi merupakan pekerjaan yang termasuk padat modal. Terdapat uang dalam jumlah besar yang masuk ke jaringan penerima yang kompleks dan dalam berbagai tahapan proses, sehingga kontrol dari semua keuangan dan pada akhirnya menjadi biaya yang paling tepat, dan menghasilkan nilai terbaik untuk uang pemilik tersebut. Pengendalian manajemen biaya konstruksi membutuhkan akuntansi sebagai alat utama untuk indikator keberhasilan.
Saat proses pembangunannya selesai, ada kewajiban untuk menjelaskan semua masukan keuangan dalam konstruksi dan untuk menjawab tiga pertanyaan akuntansi;
  1. Apa saja uang diterima?
  2. Kemana uang itu pergi?
  3. Berapa banyak?
Menurut Herry P. Chandra dan  Agustinus Susanto, Santoso Ryanto (2004), dalam suatu proyek konstruksi, pengendalian biaya proyek mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu:
1.      Memberikan peringatan dini terhadap pelaksanaan setiap pekerjaan yang sesuai dengan kontrak, apabila terjadi hal-hal yang tidak ekonomis atau biaya di luar/melebihi anggaran.
2.      Memberikan umpan balik pada estimator yang bertanggung jawab terhadap penawaran harga tender, baik pada saat ini maupun pada tender mendatang hingga dapat memberikan harga yang lebih realistis.
3.      Memberikan data nilai varian yang terjadi selama proyek berlangsung.

PENGENDALIAN BIAYA PROYEK KONSTRUKSI
Menurut Steven J. Peterson (2009), Untuk manajemen dalam mengendalikan biaya, secara aktif harus memantau biaya, mencari potensi masalah dan proaktif mengatasi masalah. Steven J. Peterson (2009) membahas lima jenis biaya-bahan, tenaga kerja, subkontrak, peralatan, dan lain-serta biaya overhead umum untuk melihat bagaimana manajemen dapat memantau dan mengontrol biaya.
Dalam Peterson (2009) pemantauan dan mengendalikan biaya konstruksi mencakup pemantauan dan mengendalikan biaya konstruksi untuk bahan, tenaga kerja, subkontraktor, peralatan, biaya lainnya, dan overhead umum.
Metode pengendalian biaya dalam “Pengendalian Biaya dan Jadual Terpadu Pada Proyek Konstruksi” (Dewa Ketut,2008).
a)      Metode Analisis Varians
Metode Analisis Varians adalah metode untuk mengendalikan biaya dan jadwal suatu kegiatan proyek konstruksi. Dalam metode ini identifikasi dilakukan dengan membandingkan jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan terhadap anggaran. Analisis Varians dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang status terakhir kemajuan proyek pada saat pelaporan dengan menghitung jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian dibandingkan dengan perencanaan atau melihat catatan penggunaan sumber daya. Metode ini akan memperlihatkan perbedaan antara biaya pelaksanaan terhadap anggaran dan waktu pelaksanaan terhadap jadual.
b)      Varians dengan Grafik “S”
Cara lain untuk memperagakan adanya varians adalah dengan menggunakan grafik. Grafik “S” akan menggambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang siklus proyek. Bila grafik tersebut dibandingkan dengan grafik serupa yang disusun berdasarkan perencanaan dasar maka akan segera terlihat jika terjadi penyimpangan. Grafik “S” sangat bermanfaat untuk dipakai sebagai laporan bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek, karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek dalam bentuk yang mudah dipahami.
c)      Kombinasi Bagan Balok dan Grafik “S”
Salah satu teknik pengendalian kemajuan proyek adalah memakai kombinasi grafik “S” dan tonggak kemajuan (milestone). Milestone adalah titik yang menandai suatu peristiwa yang dianggap penting dalam rangkaian pelaksanaan pekerjaan proyek. Titik milestone ditentukan pada waktu pembuatan perencanaan dasar yang disiapkan sebagai tolak ukur kegiatan pengendalian kemajuan proyek. Penggunaan milestone yang dikombinasikan dengan grafik “S” amat efektif untuk mengendalikan pembayaran berkala.
d)    Konsep Nilai Hasil (Earned Value)
Konsep Nilai Hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan berarti konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tersebut.
Selanjutnya dalam jurnalnya Dewa Ketut S menyebutkan,  Indikator yang digunakan dalam analisis Konsep Nilai Hasil adalah biaya aktual (actual cost), nilai hasil (earned value) dan jadual anggaran (Planned Value).

Biaya Aktual (Actual Cost = AC)
Biaya Aktual (Actual Cost =AC) atau Actual Cost of Work Perfomed (ACWP) adalah jumlah biaya aktual pekerjaan yang telah dilaksanakan pada kurun pelaporan tertentu. Biaya ini diperoleh dari data-data akuntansi atau keuangan proyek pada tanggal pelaporan. Jadi AC merupakan jumlah aktual dari pengeluaran atau dana yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pada kurun waktu tertentu.

Nilai Hasil (Earned Value = EV)
Nilai Hasil (Earned Value=EV) atau Budgeted Cost of Work Performed (BCWP) adalah nilai pekerjaan yang telah selesai terhadap anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Bila angka AC dibandingkan dengan EV, akan terlihat perbandingan antara biaya yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana terhadap biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk maksud tersebut.
     
Jadual Anggaran (Planned Value = PV)
Jadual Anggaran (Planned Value =PV) atau Budgeted Cost of Work Schedule (BCWS) menunjukkan anggaran untuk suatu paket pekerjaan, yang disusun dan dikaitkan dengan jadual pelaksanaan. Disini terjadi perpaduan antara biaya, jadwal dan lingkup kerja, dimana pada setiap elemen pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pekerjaan.

Selanjutnya bentuk rumus dan perhitungan dari metode konsep nilai hasil yang menggunakan ketiga indikator tersebut dijelaskan oleh Junaidi dan H.Tarore, G.Y. Malingkas, D.R.O. Walangitan dalam jurnalnya “Pengendalian Waktu dan Biaya Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan Menggunakan Metode Nilai Hasil”, sebagai berikut:
-          Varians Biaya    :     (CV) = BCWP – ACWP
-          Varians Jadwal :      (SV) = BCWP – BCWS
Dari rumus – rumus tersebut dapat dibuat suatu penilaian pengendalian biaya terhadap suatu pengerjaan proyek seperti yang terlihat dalam table berikut:






Untuk mengendalikan biaya, manajemen secara aktif harus memantau biaya, mencari potensi masalah dan proaktif mengatasi masalah. Dalam bagian ini kita melihat  lima jenis biaya-bahan, tenaga kerja, subkontrak, peralatan, dan lain-serta biaya overhead umum untuk melihat bagaimana manajemen dapat memantau dan mengontrol biaya.

Pembelian Bahan
Sebelum melakukan pembelian material, karyawan harus mendapatkan pesanan pembelian untuk pembelian. Pesanan pembelian harus mencakup sejumlah bahan pesanan dan biaya bahan. Pesanan pembelian harus disetujui oleh manajer proyek. Inspektur harus diizinkan untuk menyetujui pembelian kecil sampai batas tertentu-katakanlah $ 100 atau $ 200 tanpa persetujuan  manajer proyek. Persetujuan pesanan pembelian memberikan manajemen kesempatan untuk memeriksa dan melihat apakah biaya bahan sejalan dengan anggaran dan memastikan bahwa bahan-bahan hanya diperlukan dipesan untuk pekerjaan tersebut. Pesanan pembelian Kecil untuk bahan pengganti sementara dapat diproses tanpa biaya tetapi harus mencakup kuantitas barang yang dibutuhkan. Hal ini sering diperlukan untuk menjaga pekerjaan tetap bergerak. Di setiap pekerjaan beberapa pesanan pembelian sementara diperlukan, namun, pola gigih pesanan pembelian sementara adalah tanda perencanaan yang tidak memadai, yang merupakan musuh utama pengendalian biaya yang baik. Pembelian bahan dapat ditangani sebagai ditunjukkan pada Gambar 1.
Menurut Fahirah F dalam  penelitiannya “Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung”, memperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang paling mempengaruhi terjadinya overrun (pembengkakan) biaya pada proyek konstruksi gedung adalah adanya kenaikan harga material, harga/sewa peralatan yang tinggi, kerusakan material, terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, pengendalian biaya yang buruk di lapangan, ketidak tepatan estimasi biaya, dan adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah. 
Junaidi dan H.Tarore, G.Y. Malingkas, D.R.O. Walangitan dalam jurnalnya “Pengendalian Waktu dan Biaya Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan Menggunakan Metode Nilai Hasil”, menyarankan Penentuan real cost harus disesuaikan dengan basic price yang berlaku pada tahun pelaksanaan mengingat nilai ini selalu di update setiap tahunnya, agar supaya nilai-nilai indikator sebagai variabel pengendali biaya dan jadwal pada proyek konstruksi mendekati nilai yang diharapkan.






Sebuah pesanan pembelian disiapkan (langkah 1) untuk bahan baku yang dibutuhkan dan harus termasuk jumlah bahan, jenis bahan, biaya material, dan saat tanggal bahan-bahan yang dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan oleh petugas lapangan, estimator pada saat pembelian, atau manajer proyek.
Urutan pembelian diperiksa terhadap anggaran dan disetujui atau ditolak oleh manajer proyek atau, jika diizinkan, oleh pengawas (langkah 2). Hal ini memberikan manajer proyek dan pengawas kesempatan untuk mencari sumber lain untuk bahan jika pesanan pembelian melebihi jumlah anggaran sebelum bahan telah dipesan. Manajer proyek memeriksa pesanan pembelian terhadap anggaran, total berkomitmen dan noncommitted biaya sampai saat ini harus tersedia. Pada saat pesanan pembelian disetujui bahan dikodekan ke kode biaya pekerjaan. Setelah pesanan pembelian telah disetujui bahan dipesan (langkah 3) oleh pihak yang meminta pembelian dan pesanan pembelian masuk ke dalam sistem akuntansi sebagai biaya komitmen (langkah 4) oleh departemen akuntansi.
Ketika bahan diterima, pengawas harus memberitahukan departemen akuntansi bahwa bahan telah diterima (langkah 5). Pemberitahuan penerimaan Ini harus mencakup daftar bahan yang hilang atau rusak. Pemberitahuan ini sering dilakukan dengan mengirimkan salinan faktur pengiriman untuk departemen akuntansi. Setelah diterimanya tagihan (langkah 6) tagihan tersebut dimasukkan ke dalam sistem akuntansi dan disesuaikan dengan pemberitahuan penerimaan dan pesanan pembelian (langkah 7) oleh departemen akuntansi. Jumlah dan harga pada tagihan dibandingkan dengan pemberitahuan penerimaan dan pesanan pembelian (langkah 8). Jika bahan jumlah atau  biaya pada tagihan melebihi jumlah pada pesanan pembelian atau pemberitahuan penerimaan, atau jika pesanan pembelian tidak memiliki biaya, salinan tagihan, pemberitahuan penerimaan, dan purchase order yang dikirim ke manajer proyek untuk rekonsiliasi dan persetujuan (Langkah 9). Jika jumlah materi pada tagihan kurang dari jumlah pada pesanan pembelian dan ada pengiriman tambahan yang diharapkan, jumlah yang diterima dicatat pada pesanan pembelian sehingga mereka dapat ditambahkan ke pengiriman masa depan.
Ini adalah kejadian umum ketika memesan sejumlah besar bahan yang tidak dapat disampaikan dalam satu kali pengiriman. Sistem akuntansi harus memungkinkan untuk penerimaan dan pembayaran pengapalan sebagian. Jika jumlah materi RUU itu kurang dari jumlah pada pesanan pembelian dan tidak ada pengiriman tambahan diharapkan, pesanan pembelian tertutup sehingga pembelian tambahan tidak bisa dikreditkan terhadap pesanan pembelian. Semua tagihan yang tidak melebihi jumlah atau biaya pada pesanan pembelian atau pemberitahuan penerimaan tidak perlu persetujuan dari manajer proyek (langkah 9) dan diproses untuk pembayaran (langkah 10). Hal ini berlebihan untuk manajer proyek menyetujui semua tagihan yang tidak melebihi jumlah atau biaya disetujui oleh manajer proyek pada urutan pembelian karena manajer proyek telah menyetujui jumlah dan biaya ini.
Sebelum pembayaran tagihan, departemen akuntansi harus mengirimkan daftar pemasok yang akan dibayarkan kepada manajer proyek untuk persetujuan akhir (langkah 11). Ini memberikan manajer proyek satu kesempatan terakhir untuk menahan pembayaran jika ada masalah dengan bahan yang disediakan. Setelah persetujuan akhir menerima, departemen akuntansi dapat membayar tagihan  (langkah 12).

Tenaga kerja
Buruh jauh lebih sulit untuk mengendalikan dari bahan. Dengan bahan, Manajer proyek memiliki kesempatan untuk menyetujui pembelian bersama dengan biaya sebelum bahan yang dibeli. Dengan tenaga kerja, biaya tidak tersedia untuk manajer proyek sampai pekerjaan telah dilakukan dan waktu karyawan telah dimasukkan ke dalam sistem akuntansi, yang mungkin terjadi seminggu atau lebih setelah pekerjaan telah dilakukan.
Sebuah kunci untuk mengendalikan biaya tenaga kerja bagi manajer proyek untuk menahan inspektur dan forepersons kru bertanggung jawab atas produktivitas dan biaya kru mereka. Buruh dapat ditangani seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Sumber: Peterson (2009

Karyawan melacak waktu mereka pada kartu waktu (langkah 1). Waktu harus dipisahkan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan dan harus konsisten dengan biaya sistem pengkodean perusahaan dan anggaran untuk proyek tersebut. Foreperson dan inspektur memeriksa dan menyetujui kartu waktu (langkah 2). Inspektur harus memastikan bahwa pekerjaan telah dikodekan dengan kode biaya  pekerjaan yang benar. Inspektur akan memiliki kontrol yang lebih baik dari biaya tenaga kerja jika dia mengkaji jam kerja setiap hari. Setelah kartu waktu telah disetujui, inspektur mengirimkan kartu waktu ke departemen akuntansi, di mana waktu yang dimasukkan ke sistem akuntansi (langkah 3). Jumlah jam kerja, bersama dengan biaya, kemudian dikirim ke manajer proyek untuk persetujuan (langkah 4) dan cek gaji diproses (langkah 5). Dengan biaya yang baru masuk ke dalam akuntansi manajer proyek dapat memperbarui biaya untuk menyelesaikan dan total biaya diperkirakan selesai (langkah 6). Akhirnya, manajer proyek harus meninjau biaya denganpengawas dan foreperson kru dan menahan pertanggungjawaban biaya untuk mingguan biaya tenaga kerja (langkah 7). Jika manajer proyek tidak memegang personil lapangan yang bertanggung jawab untuk biaya mereka, perusahaan hanya melaporkan biaya daripada mengontrol biaya.
Menurut Leni Sagita dan rekan(2005) dalam penelitiannya “Penentuan Peringkat Faktor Resiko Dalam Rekruetmen Tenaga Kerja Yang Mempengaruhi Biaya Tenaga Kerja Pada Proyek”, menyimpulkan “bahwa rekrutmen tenaga kerja pada suatu proyek dapat mempengaruhi terjadinya penyimpangan biaya tenaga kerja, dimana masalah pada kurang tepat dalam penempatan tenaga kerja; kualitas mandor yang kurang baik; kurang atau tidak adanya pelatihan untuk pekerja menjadi sumber resiko yang paling tinggi dalam mempengaruhi kinerja biaya tenaga kerja. Penentuan peringkat resiko dapat membantu pengambil keputusan dalam menentukan tingkat koreksi yang paling sesuai untuk mengantisipasi penyimpangan yang terjadi.”


Subkontrak
Tidak seperti pesanan pembelian, semua tagihan dari subkontraktor harus ditinjau oleh manajer proyek
sebelum memproses pembayaran. Hal ini karena kebanyakan subkontrak memerlukan pembayaran kemajuan, yang didasarkan pada jumlah pekerjaan yang lengkap. Menentukan jumlah pekerjaan selesai lebih sulit daripada menentukan jumlah bahan yang telah dikirim ke proyek. Untuk alasan ini manajer proyek harus membuat keputusan akhir, apakah tagihan dari subkontraktor adil. Subkontrak dapat diproses seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Sumber: Peterson (2009)

Tawaran atau proposal subkontraktor 'diperiksa terhadap lingkup pekerjaan dan anggaran. Setelah  memilih tawaran terbaik atau usulan, subkontrak disiapkan dan disetujui oleh manajer proyek (langkah 1). Hal ini memberikan manajer proyek kesempatan untuk memeriksa biaya pekerjaan terhadap anggaran, untuk mencari tawaran lain, melakukan koreksi terhadap lingkup pekerjaan, dan bernegosiasi titik halus kontrak sebelum menerbitkan subkontrak. Setelah ini selesai, kontrak dikeluarkan untuk subkontraktor (langkah 2) dan dimasukkan ke dalam sistem akuntansi sebagai komitmen biaya (langkah 3) oleh bagian akuntansi. Pada saat menerima kontrak yang ditandatangani dari subkontraktor (langkah 4) manajer proyek memberitahu inspektur bahwa subkontraktor dapat bekerja pada proyek (langkah 5). Manajer proyek harus mengirim salinan kontrak sehingga pengawas menyadari tanggung jawab kontraktor dan subkontraktor di bawah kontrak. Pada akhir jangka waktu penagihan, subkontraktor  mengajukan tagihan kemajuan kepada kontraktor (langkah 6). Manajer proyek, berkonsultasi dengan pengawas, memeriksa tagihan dan menyetujuinya untuk pembayaran, menyelesaikan perbedaan dalam jumlah pekerjaan subkontraktor yang telah ditagih dan jumlah pekerjaan yang dilakukan pada pekerjaan. Tinjauan tagihan mungkin termasuk perjalanan ke jobsite untuk memeriksa kemajuan atau mungkin mengandalkan laporan kemajuan dari jobsite. Ketika meninjau tagihan, manajer proyek harus memeriksa tagihan terhadap nilai kontrak. Pada saat biaya itu disetujui, biaya dikodekan untuk pada kode pekerjaan. Setelah persetujuan pembayaran diproses (langkah 8) dan dibayar (langkah 9) oleh departemen akuntansi. Ubah perintah untuk kontrak ditangani dalam cara yang sama  seperti kontrak asli.

Peralatan
Peralatan, seperti tenaga kerja, adalah biaya yang sulit dikendalikan. Kartu waktu harus disiapkan untuk masing-masing peralatan. Jika seorang karyawan selalu menggunakan sepotong peralatan seperti pengawas dan truk-nya Kartu karyawan dapat digunakan sebagai pengganti kartu waktu untuk peralatan. Peralatan  kartu waktu diproses dengan cara yang sama sebagai kartu waktu kerja.
Peralatan dapat ditagih ke pekerjaan berdasarkan jumlah jam yang dihabiskan bekerja pada pekerjaan atau jumlah hari bahwa peralatan digunakan pada pekerjaan. Ketika pengenaan biaya untuk peralatan didasarkan pada saat peralatan berada di proyek, manajer proyek harus memastikan bahwa peralatan yang tidak dibutuhkan segera dikembalikan untuk mengurangi biaya peralatan.  Ketika peralatan dibebankan pada proyek, biaya yang diharapkan dari sebuah peralatan dialokasikan untuk proyek tersebut. Penting untuk dicatat bahwa biaya yang ditagih ke proyek bukan biaya yang sebenarnya tapi diharapkan atau diproyeksikan rata-rata biaya per jam atau harian untuk tahun ini. Ada banyak ketidakpastian dalam perkiraan biaya karena ketidakpastian dalam jumlah jam yang dapat ditagih atau hari yang akan terjadi selama tahun dan ketidakpastian dalam beberapa biaya.
Kepemilikan biaya-sewa dan sewa pembayaran, depresiasi, pajak, lisensi, dan asuransi- mudah diproyeksikan, namun biaya kepemilikan per jam atau harian karena ketidakpastian dalam jumlah jam yang dapat ditagih atau hari di mana biaya ini akan pulih. Operasi-biaya perbaikan, pemeliharaan, bahan bakar, dan pelumasan-bervariasi dengan penggunaan peralatan dan jauh lebih sulit untuk diukur karena mereka adalah fungsi dari kondisi peralatan yang bekerja dan dapat bervariasi dari operator ke operator. Karena dari ketidakpastian biaya yang diharapkan, alokasi biaya dan diproyeksikan jumlah jam yang dapat ditagih atau hari untuk tahun ini harus ditinjau setiap bulan untuk menentukan kesesuaian biaya yang diharapkan. Pada akhir tahun alokasi biaya peralatan harus sama dengan biaya aktual. Jika manajemen terlalu banyak mengalokasikan biaya-biaya yang diharapkan terlalu tinggi maka  akan meningkatkan biaya proyek dan dapat menunjukkan bahwa item anggaran lebih dari anggaran ketika semua yang terjadi adalah biaya peralatan telah lebih alokasinya. Jika manajemen kekurangan pos biaya-biaya diperkirakan terlalu rendah ini akan menurunkan proyek biaya dan dapat menunjukkan bahwa item anggaran adalah pada atau di bawah anggaran padahal item di atas anggaran, namun manajemen tidak tahu itu karena biaya peralatan telah kurang alokasi.
Bila memungkinkan, biaya jenis barang-barang lainnya harus memiliki pesanan pembelian dan ditangani dengan cara yang sama seperti pembelian material. Namun, ada banyak item-seperti utilitas tagihan-yang tidak dapat ditangani dengan cara ini. Tagihan seperti ini harus dikirim ke manajer proyek untuk persetujuan dan biaya coding sebelum pengolahan dan membayar tagihan.

Pemantauan dan Pengendalian Biaya Overhead
Pemantauan dan Pengendalian Biaya Overhead Umum harus ditangani dengan cara yang sama sebagai biaya proyek dengan manajer umum menyetujui pesanan pembelian dan kontrak. Seperti Proyek pemantauan biaya  overhead umum harus dibandingkan dengan anggaran secara mingguan atau bulanan Biaya yang tidak aktif dimonitor dan dikendalikan dengan cepat akan menjadi tidak terkendali.
Metode untuk mengalokasikan biaya overhead umum, yaitu:
  • Mengalokasikan overhead umum berdasarkan persentase pendapatan perusahaan dihasilkan oleh pusat laba.
  • Mengalokasikan overhead umum berdasarkan biaya tenaga kerja atau jam kerja untuk setiap pusat laba.
  • Mengalokasikan overhead umum berdasarkan biaya bahan untuk setiap pusat laba
  • Mengalokasikan overhead umum berdasarkan estimasi penggunaan overhead umum oleh pusat laba
  • Menentukan biaya overhead yang umum tambahan dari masing-masing pusat laba dengan biaya sisa yang ditugaskan ke pusat inti laba
  • Membebankan biaya overhead umum ke pusat-pusat laba dengan jumlah yang bervariatif

Akuntansi Pertanggungjawaban
Organisasi merupakan kumpulan beberapa pusat pertanggungjawaban. Organisasi dibentuk oleh para pemimpin tertinggi yang membagi kegiatan dan menetapkan suatu hirarki para manajer yang mengatur lingkup kegiatan yang ditetapkan lebih dahulu dan yang memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan. Akuntansi pertanggungjawaban dipergunakan untuk mengartikan setiap unit kerja dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab.
Charles T. Hongren 1993, hlm. 307          
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi  dan mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang memiliki tanggungjawab yang bersangkutan disebut juga akuntansi keuntungan atau akuntansi kegiatan”.    
Menurut H.S. Hadibroto, memberikan definisi sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang disesuaikan agar manajemen dapat melakukan pengawasan efisiensi untuk sesuatu bagian tertentu ataupun untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab terhadap efisiensi biaya yang menjadi tanggungjawab”. (1991, hlm. 6)



KESIMPULAN
Untuk mengelola biaya konstruksi prosedur pengendalian biaya yang sesuai harus diimplementasikan. Ketika mengendalikan biaya, sebelumnya dalam proses biaya dapat diperiksa dan disetujui terhadap anggaran semakin mudah untuk mengendalikan biaya. Bagi kebanyakan Pembelian bahan, pembelian harus disetujui oleh order pembelian sebelumbahan yang dipesan. Biaya harus dimasukkan ke dalam  sistem akuntansi sesegera mungkin setelah biaya dikenal. Untuk sub-kontrak dan sebagian materi pembelian biaya harus dimasukkan sebagai biaya komitmen lama setelah kontrak atau pesanan pembelian dikeluarkan. Dengan demikian keakuratan, keterkinian informasi biaya dipertahankan dalam sistem akuntansi. Minimal, biaya laporan dari sistem akuntansi harus ditinjau secara mingguan untuk semua proyek dan overhead umum. Selain menggunakan laporan akuntansi, perolehan nilai dapat digunakan untuk mengukur penjadwalan dan efisiensi biaya proyek.  Jadwal indeks kinerja digunakan untuk mengukur efisiensi penjadwalan dan indeks biaya kinerja yang digunakan untuk mengukur efisiensi biaya proyek. Pada penyelesaian setiap proyek, manajemen harus  melakukan audit tertutup, pada saat itu manajemen belajar dari  apa yang dilakukan dengan benar dan dari kesalahan.


DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Sudarsana. 2008. Pengendalian Biaya dan Jadwal Terpadu pada Proyek Terkunci. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12, No. 2, Juli 2008: 117-125.
Fahirah F. 2005. Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung. Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 3, Agustus 2005: 160 - 168
Herry P. Chandra dan  Agustinus Susanto, Santoso Ryanto. 2004. Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi Berdasarkan Konsep Nilai Hasil Pada Pembangunan Pabrik di Gresik. Jurnal Dimensi Teknik Sipil Vol 5. No. 2, September 2003: 109-112.
Junaidi dan H.Tarore, G.Y. Malingkas, D.R.O. Walangitan. 2012. Pengendalian Waktu dan Biaya Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan Menggunakan Metode Nilai Hasil. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No. 1, November 2012 (44-52)
Leni Sagita dan rekan. 2005.Penentuan Peringkat Faktor Resiko Dalam Rekruetmen Tenaga Kerja Yang Mempengaruhi Biaya Tenaga Kerja Pada Proyek. Jurnal Teknik Sipil Vol. 12No. 5 Juli 2005: 177-184.
Nugraha, P., Natan, I., dan Sutjipto, R. 1985. Manajemen Konstruksi 1, 2, Kartika Yuda, Surabaya.
Peterson, Steven J. 2009. Construction accounting and financial management. Second Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc., Upper Saddle River.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar